Bangsawan Parakanmuncang

00.01 Add Comment
Parakanmuncang di Kecamatan Cimanggung sekarang, dalam sejarah tercatat sebagai kerajaan di Priangan Timur. Rajanya atau keluarga kerajaannya bahkan pernah memimpin Kerajaan Sumedang Larang saat menunggu Raden Jamu dewasa dan berhak menjadi Raja Sumedang Larang.
Menurut sejarah, ada beberapa bangsawan atau Raja yang pernah nyakrawati di Kerajaan Parakanmuncang. Bangsawan Parakanmuncang ini, bermula dari Dalem Tanubaya Samaita,   putera Tumenggung Demung, cucu Sunan Pagerbatang, cicit Waktuhayu, piut Batara Kawindu, putera Sempujaya, cucu Batara Sumaryang, cicit Sumun, piut Demang Batara Sakti. Demang Batara Sakti putera Demung Sadakamulan, cucu Batara Tunggal, dan cicit Prabu Siliwangi.
Dalem Tanubaya Samaita digantikan oleh saudaranya yang bernama Dalem Dipati Tanubaya, yang lalu dimakamkan di Bujil. Ia berputera Dalem Tanubaya yang dimakamkan di Karasak, Galunggung, berputera Dalem Tanubaya yang dimakamkan di Cibodas, Parakanmunvang.
Salahsatu putra Dalem Tanubaya, Dalem Patrakusumah kemudian  menjadi bupati di Sumedang dan dimakamkan di Batavia. Sepeninggal Dalem Patrakusumah, posisinya  di Sumedang, digantikan menantunya Dalem Suria Natakusumah.
Dalam perkembangannya, Dalem Suria Natakusumah memiliki putra Raden Riyakusumah. Keturunanya kemudian berputera Raden Ahmad yang menjadi patih Parakanmuncang; dan  Raden haji Ahmad Kanapiyah yang menjadi wedana pensiun Cicalengka dan dimakamkan di Cipetak, Cicalengka.
Khusus mengenai Raden Patrakusumah , disebutkan diangkat menjadi Bupati Sumedang, karena yang berhak menjadi bupati Sumedang, masih kanak-kanak. Raden Patrakusumah membawa seorang puteri ke Sumedang bernama Raden Canderanegara. Putri tersebut dinikahkan dengan Raden Surianagara, putera bupati Sumedang almarhum yang kemudian menjadi Pangeran Sumedang Sepuh.

Dari pernikahan itu, lahirlah seorang puteri bernama Raden Rajanagara Talun. Raden Surianagara, disebut-sebut membenci mertuanya, kemudian ia lari ke Limbangan dan terus ke Cianjur. Di Cianjur,  Raden Surianagara menikah lagi dengan saudaranya Dalem Cikalong Sepuh. Isteri keduapun akhirnya dicerai dan menikah lagi dengan Raden Suradimaja di Sumedang. Dari pernikahan tersebut terakhir mempunyai  putera bernama Raden Anggayuda yang menikah dengan Raden Nataningrum, putera Suradireja. (berbagai sumber)

Sejarah Cimanggung, Kesaktian Ki Jangga dan Surya Dilaga (2)

23.05 Add Comment

Dalem, Sakti. Cimanggung, desa Tertua di Kecamatan Cimanggung, menurut berbagai sumber tidak bisa dilepaskan dari sejarah Sumedang. Bahkan ketika Belanda memerintahkan Dalem Surianagara bergelar Pangeran Kornel membangun Jalan Raya Pos, pada tahun 1808.
Seperti diketahui, pembuatan Jalan Cadas Pangeran yang dimulai tahun 1811 tersebut melibatkan seluruh rakyat Sumedang dan dipimpin langsung oleh Pangeran Kornel.

Salah satu sumber sejarah menerangkan pada saat pembobokan cadas, hampir separuh penduduk Cimanggung meninggalkan sanak keluarganya untuk memenuhi perintah Dalem Sumedang. Dan dengan dipimpin Surya Dilaga, seorang keturunan Dalem Parakanmuncang pengabdi Pangeran Kornel, rakyat bahu-membahu membangun jalan.

Pada saat pembobokan cadas berlangsung, rakyat merasa pesimis karena sebuah bongkahan cadas tidak berhasil dihancurkan. Pangeran Kornel mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda agar mengirimkan Tentara Zeni lengkap dengan senjata penghancur batu atau cadas. Puluhan Tentara Zeni membantu pembobokan cadas dengan menggunakan sarana modern, namun bongkahan cadas tersebut tetap tidak berhasil dihancurkan.


Tokoh masyarakat Cimanggung atau Masta Praja, menyimak keadaan yang memprihatinkan tersebut. Secara diam-diam Masta Praja meninggalkan Gunung Cadas untuk meminta bantuan kepada kakak kandungnya yang bernama Ki Jangga Praja, yaitu seorang tokoh spiritual (kebatinan) di Kampung Bembem.

Ki Jangga Praja bersedia membantu kesulitan rakyat di Gunung Cadas. Saat itu Ki Jangga Praja bersama Masta Praja berangkat menuju Gunung Cadas. Kehadiran tokoh spriritual terkenal itu disambut baik oleh rakyat di sana. Kehadirannya bahkan sempat membuat Tentara Zeni Belanda terheran-heran atas sikap rakyat yang demikian menghormati Ki Jangga.

Pada malam hari Surya Dilaga dan Ki Janga melakukan spiritual untuk menghancurkan bongkahan cadas. Dengan menyatukan kekuatan batin, kedua tokoh spiritual tersebut menghadirkan suasana menegangkan. Secara tiba-tiba terjadi ledakan dahsyat di sekitar bongkahan cadas. Sebagian rakyat di sana menyaksikan keajaiban tersebut. Bertambah kaget setelah bongkahan cadas tersebut hancur berkeping-keping tanpa disentuh oleh tangan manusia.

Kejadian tersebut membuat Tentara Zeni Belanda bertambah kaget. Pembobokan gunung cadas tersebut berlangsung selama kurang lebih 3 bulan. Prestasi tersebut telah mengangkat nama baik Pangeran Kornel, sehingga William Daendles yang disalami oleh Pangeran Kornel lewat tangan kirinya semakin menghormati dan tidak berani menekan rakyat Sumedang.

Memasuki tahun 1812, Pangeran Kornel menyatukan dusun-dusun menjadi desa. Didasarkan kepada aspirasi rakyat dan keadaan yang diangap telah memadai, dengan menyatukan dusun-dusun di belahan timur Andalawak (Tanjungsari). Pada masa ini, wilayah administratif Kabupaten Sumedang bertambah luas, terdiri dari 16 Distrik yaitu Daerah Balubur, Andalawak (Tanjungsari sekarang), Depok, Malandang, Conggeang, Darmaraja, Darmawangi, Pawenang, Malangbong, Ciawi, Pagerageung, Rajapolah, Indihiang, Cicariang, dan Singaparna. (Cag)



Sejarah Cimanggung (1)

09.04 1 Comment
Bembem, Uncal. Apa arti Cimanggung? Ada beberapa versi soal arti kata tempat yang kini sangat terkenal tersebut. Namun sebelumnya, tak ada salahnya mengenal terlebih dahulu cerita rakyat terkait kata Cimanggung.
Dahulu kala, di kampung Bembem terdapat sebuah hutan lebat dan angker. Hutan tersebut jarang sekali dijamah oleh manusia. Itu sebabnya tak pernah terjadi kerusakan karena penduduk tidak berani menebang pohon atau menggali dan memanfaatkan kekayaan hutan tersebut. Burung-burung dan hewan besar hidup bebas mencari makan untuk mempertahankan hidupnya.
Belakangan, entah karena apa, babi rusa  alias uncal yang konon berkembang pesat di hutan, kera[ berkeliaran ke luar hutan dan masuk ke pemukiman penduduk.  Bukan hanya itu, babi rusa itupun ngaranjah tanaman singkong dan tanaman lainnya.
Khawatir dengan keadan itu, masyarakat kemudian memburu babi rusa tersebut. Kebetulan, berburu merupakan kebiasaan penduduk kampung Bembem. Kadang, tokoh masyarakat, bahlan menak Sumedang, sewaktu-waktu memimpin perburuan uncal ke hutan.

Dan bila berhasil, uncal tangkapannya tidak dibunuh, melainkan diarak oleh para pemburu ke salah satu tempat yang aman. Uncal hasil buruan itu kemudian dipajang atau dipanggungkan untuk dipertontonkan kepada masyarakat dan penduduk sekitar biasanya berbondong-bondong menuju tempat tersebut untuk menyaksikan uncal.

Tempat tersebut, oleh masyarakat setempat disebut Cimanggung. Artinya, Ci adalah kata petunjuk tempat,  sedangkan Manggung artinya tempat manggungkeun atau mempertontonkan binatang buruan kepada masyarakat banyak. Belakangan, kampung tersebut disebut masyarakay
Kampung Cimanggung.

Namun sumber lain menerangkan, bahwa Cimanggung berasal dari kata Ci  yang artinya tempat, dan Manggung adalah kata yang menunjukkan sebuah proses kegiatan masyarakat dalam memperkenalkan tokoh-tokoh masyarakat sebagai calon pemimpin baik Dalem, Patinggi, Pupuhu maupun Ketua Kampung, Kepala Dusun agar diketahui masyarakat. Cag!

Pengelolaan Tempat Wisata Alam Harus Dimaksimalkan

02.03 Add Comment

Curug, Gunung. Untuk menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara, tempat-tempat wisata alam di Kec. Cimanggung, Kab. Sumedang harus didukung infrastruktur memadai. Perlu dilakukan perbaikan dan pembangunan berbagai infrastruktur, di antaranya perbaikan jalan ke lokasi wisata.
“Didukung infrastruktur yang memadai, para pengunjung pun merasa nyaman,” ujar Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbupar) Kabupaten Sumedang, Ari, baru-baru ini.
Di Kec. Cimanggung ada sejumlah tempat wisata alam, di antaranya Wisata Alam Cigumentong Desa Sindulang, yang berada di kawasan Gunung Masigit Kareumbi. Di kawasan Cigumentong itu, juga terdapat permukiman penduduk di antara kawasan hutan yang masih mengedepankan pola hidup tradisional.
Selain itu, Kec. Cimanggung memiliki potensi alam objek wisata Curug Cinulang. Lokasi curug berbatasan dengan Desa Tanjungwangi, Kec. Cicalengka, Kab. Bandung. Sehingga dua kecamatan itu berada di antara perbatasan air terjun. Baru-baru ini, Cimanggung juga memiliki lokasi/ tempat kreasi dan pencinta seni yang baru diresmikan, yaitu Saung Budaya Cimanggung.
Menurut Ali, apabila tempat wisata alam tidak didukung dengan infrastruktur, maka akan menyulitkan wisatawan. Yang dikhawatirkan, mereka kapok untuk kembali datang.
“Terlebih dulu kita akan memperhatikan sarana dan prasarana jalan. Dengan harapan bisa memberikan rasa nyaman kepada para pengunjung,” kata Ari, seusai meresmikan Saung Budaya Cimanggung di Kec. Cimanggung.
Ari mengakui, tempat wisata alam di Kec. Cimanggung mempunyai potensi meningkatkan sumber pendapatan asli daerah (PAD). Melihat potensi tersebut, maka Pemkab Sumedang akan terus mendukung pengembangan wisata di wilayah barat Kab. Sumedang, di antaranya Kec. Cimanggung. Dalam pengembangan wisata alam itu, juga harus dilakukan bersama-sama dan melibatkan sejumlah pihak.
Apalagi, kata Ari, di kecamatan ini memiliki beragam kesenian menarik yang selama ini menjadi pendukung Kab. Sumedang sebagai puseur budaya Sunda. Ia juga memberikan apresiasi dan menyambut baik dibangunnya saung budaya tersebut. Dengan harapan bisa memfasilitasi para pelaku seni dan budaya.
Ari juga mengajak semua pihak harus siap mempromosikan berbagai kesenian yang ada di Kab. Sumedang. Termasuk menyosialisasikan tempat wisata kepada masyarakat pribumi, regional, nasional maupun mancanegara.

“Dibangunnya saung budaya ini, diharapkan bisa menggali, memelihara, dan mengembangkan budaya daerah setempat yang terancam punah,” harapnya. 

Kelurahan dan Desa di Cimanggung

01.53 Add Comment
Kecamatan Cimanggung memiliki Kelurahan dan Desa yang secara geografis berdekatan. Berikut adalah datanya:

- Kelurahan/Desa Cihanjuang (Kodepos : 45364)
- Kelurahan/Desa Cikahuripan (Kodepos : 45364)
- Kelurahan/Desa Cimanggung (Kodepos : 45364)
- Kelurahan/Desa Mangunarga (Kodepos : 45364)
- Kelurahan/Desa Pasirnunjang (Kodepos : 45364)
- Kelurahan/Desa Sawahdadap (Kodepos : 45364)
- Kelurahan/Desa Sindanggalih (Kodepos : 45364)
- Kelurahan/Desa Sindangpakuon (Kodepos : 45364)
- Kelurahan/Desa Sindulang (Kodepos : 45364)
- Kelurahan/Desa Sukadana (Kodepos : 45364)
- Kelurahan/Desa Tegalmanggung (Kodepos : 45364)

Cimanggung Kaya Seni dan Budaya

01.40 Add Comment
Lestari, Seni. Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Maruarar Sirait mengatakan Sumedang kaya potensi di bidang seni dan budaya.

Bahkan, kata dia, pelaku seni serta budaya warga Sumedang pun kiprahnya terbilang cukup baik dan eksistensinya harus dikembangkan.

“Agar seniman dan budayawan Sumedang tetap maju dan berkembang, maka dianggap tepat jika kiprahnya diperhatikan oleh pemerintah daerah,” tutur Maruarar seperti dikutip dari
Kabar Priangan Online, seusai pentas seni dan budaya di Kec. Jatinangor, Sabtu (28/5) malam.

“Saya berjanji akan menomor satukan seni dan budaya agar aset daerah tersebut bisa tetap lestari,” ujarnya.

Menurut Maruarar, pentas seni dan budaya upaya mengukur potensinya yang juga harus rutin digelar.

“Kegiatan khusus berekspresi para seniman tersebut harus rutin digelar dan tak hanya di Jatinangor saja. Kedepan, bisa saja digelar di wilayah lain misalnya di Cimanggung,” tutur Maruarar.

Ia mengatakan, kiprah seni dan budaya Sumedang sudah pantas jika dipertontonkan ditingkat nasional dan internasional.

Sebelumnya, Ketua DPRD Kab. Sumedang, Irwansyah Putra yang juga sempat menghadiri kegiatan tersebut mengapresiasi acara seni dan budaya yang diusung warga Jatinangor tersebut.

“Sumedang, menjadi pusat kebudayaan sunda yang juga dikenal dengan program Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS),” katanya.


Sehingga, kata dia, kegiatan tersebut bernilai positif khususnya upaya mendorong potensi seniman dan budayawan asli Sumedang. (KP/Azis Abdullah)